irwantoMANGROVE
Privacy Policy
home


FREE BOOKS

books of mangrove

Hasilkan Uang
dari blog atau
website anda

money

mangrove
 
 
BOOKS DEGRADATION
 
 
 

 

 

 

 

 

SUKSESI HUTAN MANGROVE PULAU MARSEGU
Oleh : Irwanto, 2007

3. SUKSESI HUTAN MANGROVE PULAU MARSEGU
Pulau Marsegu terletak di bagian barat Pulau Seram (Nusa Ina / Pulau Ibu) yang terkenal memiliki Taman Nasional Manusela. Secara Administratif pulau Marsegu termasuk dalam Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Pulau ini diberikan nama oleh masyarakat sebagai “Pulau Marsegu” karena mempunyai satwa Kelelawar yang begitu banyak. Kata Marsegu berasal dari bahasa daerah yang berarti Kelelawar.
Pulau Marsegu dapat dikatakan sebuah pulau karang, karena sebagian dari pulau ini merupakan daerah berkarang. Di sebelah selatan pulau ini terdapat vegetasi hutan mangrove sedangkan sebelah utara merupakan daerah hutan yang tumbuh di atas karang. Sebelah barat laut merupakan daerah dinding karang yang berbatasan dengan pantai dengan ketinggian antara 8–10 meter. Sedangkan arah timur laut terdapat vegetasi hutan pantai yang mempunyai pantai pasir putih sepanjang 1720 meter. Di bagian utara pantai pasir putih terdapat zone Ipomea pescaprae yang didominasi oleh Ipomea pescaprae dan Spinifex littoreus (rumput angin). Lokasi ini merupakan tempat wisata yang menarik untuk menikmati pemandangan laut dan menghirup udara pantai yang segar.
Seluruh Daratan Pulau Marsegu masih dipengaruhi suasana hembusan angin laut karena titik terjauh dari garis pantai hanya berjarak 500 m. Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang yang beranekawarna dan kaya akan potensi sumberdaya alam laut. Tipe pasang surut daerah Pulau Marsegu merupakan semi diurnal (pasang semi harian) dimana terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dalam satu hari.
Salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya komunitas hutan mangrove Pulau Marsegu adalah gelombang air yang minimal karena dikelilingi oleh terumbu karang. Daerah yang berdekatan dengan terumbu karang dan sepanjang pantai berkarang, benih mangrove hanya dapat menyangkut dalam celah atau sisi pantai, mungkin hanya ada satu zone dari Rhizophora. (Van stennis dalam Monk et al. 1997).

pulau marsegu
Sketsa Hutan Mangrove Pulau Marsegu


Hutan mangrove pulau Marsegu dapat dibagi menjadi 3 zona; yaitu zona terdepan, zona pertengahan dan zona belakang/terdalam. Bagian terdepan mangrove dikuasai oleh spesies Rhizophora mucronata Poir, agak kedalam sekitar 20 - 30 meter Rhizophora mucronata Poir sudah bercampur dengan beberapa jenis mangrove lain tetapi masih dalam jumlah relatif kecil. Jenis-jenis tersebut adalah Rhizophora apiculata Blume, Sonneratia alba Smith, Bruguiera gymnorrhiza Lamk, dan Bruguiera sexangula Poir, jenis-jenis ini masih kalah bersaing dengan dominasi Rhizophora mucronata Poir. Bagian tengah daerah mangrove didominasi berturut-turut oleh jenis Bruguiera gymnorrhiza Lamk, Ceriops tagal CB Rob, Bruguiera sexangula Poir, Rhizophora apiculata Blume dan Rhizophora mucronata Poir. Bagian terdalam (tengah) didominasi oleh jenis Bruguiera gymnorrhiza Lamk, Ceriops tagal C B Rob, Rhizophora apiculata Blume, Xylocarpus moluccensis Roem dan Bruguiera sexangula Poir dengan diameter pohon yang lebih besar. Tanah pada hutan mangrove berlumpur dan jenuh dengan air dan dapat dikatakan tidak mengandung oksigen, dalam kondisi ini hanya beberapa tumbuhan yang dapat hidup. Kebanyakan tumbuhan dalam hutan mangrove adalah “halofit”, yaitu tumbuhan yang beradaptasi untuk tumbuh dalam habitat yang asin (Ewusie, 1990). Tumbuhan bawah hutan mangrove Pulau Marsegu kadang-kadang ditemukan Acrostichum speciosum. Mangrove tropika sering memperlihatkan zonasi spesies dari lahan basah ke lahan yang lebih kering. Zonasi yang pertama sering terdiri dari Rhizophora atau Avicennia. Bila Rhizophora memantapkan diri dalam laguna mulai terjadi suksesi, karena akar tunjang pohon itu mulai menangkap partikel lumpur dan tumbuhan mati. Keadaan ini menyebabkan penimbunan bahan seresah yang membantu meninggikan permukaan tanah apabila tumbuhan Rhizophora tua mati, tempatnya sering digantikan oleh tumbuhan daratan yang lebih lazim yang khas untuk daerah lingkungan laguna itu (Ewusie, 1990).

Proses Suksesi Hutan Mangrove Pulau Marsegu

Mangrove zone terdepan

mangrove-1

mangrove-2

Mangrove zone terdepan bagian timur

Rhizophora mucronata Poir

Mangrove zone terdepan bagian barat

Perluasan daerah pertumbuhan Rhizophora mucronata Poir
ke arah laut .


Mangrove Zone Pertengahan

mangrove-3

mangrove-4

Lumnitzera littorea Voigt Bruguiera sp, Sonneratia sp

Mangrove Zone Belakang/Terdalam

mangrove-5 mangrove-6
Rhizophora apiculata, Bruguiera sp,
Ceriops sp, Xylocarpus sp
Rhizophora apiculata Blume

mangrove-7

mangrove-8

 Bruguiera sp, Ceriops sp, Xylocarpus sp

Ceriops sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp

Hasil pengujian salinitas air yang terdapat di hutan mangrove menggunakan refraktometer menunjukkan bahwa air pada zone terdepan/terluar mempunyai salinitas yang hampir sama dengan air yang diambil dari zone bagian belakang/ terdalam hutan mangrove (40 ‰ dan 39 ‰). Ini berarti komunitas hutan mangrove Pulau Marsegu terbentuk dengan salinitas yang tinggi, tidak terdapat sumber air tawar (sungai) yang mengalir ke laut. Faktor ini dapat diketahui dengan jelas bahwa daerah mangrove Pulau Marsegu tidak terdapat jenis Nypa sp, jenis yang biasa tumbuh pada salinitas lebih rendah. Menurut Poedjirahajoe (1996a) Nypa merupakan bagian vegetasi penyusun mangrove yang sering dijumpai di tepian sungai lebih ke arah hulu.
Kandungan unsur hara pada habitat mangrove lebih tinggi terutama pada daerah pertengahan dan bagian dalam, hal ini disebabkan bentuk perakaran mangove yang beragam dapat menahan sedimen partikel lumpur. Perakaran mangrove mempengaruhi peningkatan ketebalan lumpur, Bahan Organik, Nitrogen (total), Phospat (tersedia), Kalium (tersedia) dan suhu (Poedjirahajoe, 1996b).
Bila dibandingkan keanekaragaman jenis hutan mangrove dengan komunitas hutan yang ada di pulau Marsegu, keanekaragaman jenisnya sangat rendah. Hal ini disebabkan tumbuhan yang hidup di daerah ini harus beradaptasi dengan genangan air laut dan salinitas yang tinggi.

Jenis vegetasi mangrove mempunyai bentuk khusus yang menyebabkan mereka dapat hidup di perairan yang dangkal yaitu mempunyai akar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tundung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan.Akar-akar dangkal sering memanjang yang disebut ”pneumatofor” ke permukaan subtrat yang memungkinkan mereka mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohon-pohon ini tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa jenis tumbuhan mangrove mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam (Nybakken, 1988). Next >>>

 

DAFTAR PUSTAKA

Clements, F.E. 1916.  Plant Succession. An Analysis of The Development of  Vegetation. Carnegie. Inst. Washington.

Daniel, Th.W., J.A. Helms, F. S. Baker., 1992, Prinsip-Prinsip Silvikultur (Edisi Bahasa Indonesia, diterjemahkan oleh : Dr. Ir. Djoko Marsono), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Ewusie, J. Y, 1990. Ekologi Tropika. Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia, Pasifik dan Dunia Baru. Penerbit ITB. Bandung.

Hogarth. P. J. 1999. The Biology of Mangrove. Oxford. University Press Inc. New York.

Kusmana, C, Onrizal dan Sudarmaji, 2003. Jenis-Jenis Pohon Mangrove di teluk Bintuni, Papua, Diterbitkan atas kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan PT. Bintuni Utama Murni. Wood Industries. Bogor.

Marsono, Dj. dan Sastrosumarto, 1981. Pengaturan Struktur, Komposisi dan Kerapatan Tegakan Hutan Alam dalam Rangka Peningkatan Nilai Hutan  Bekas Tebangan HPH. Makalah Lokakarya Sistem Silvikultur TPI di Bogor. Bogor.

Monk, K.A, Y. de Fretes and G. R. Lilley, 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku.  Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore.

Mueller-Dombois, D. and H. Ellenberg, 1974, Aims and Methods of Vegetation Ecology, John Wiley & Sons, New York.

Nybakken, J.W, 1998. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia, Jakarta.

Poedjirahajoe, E. 1996a. Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian Kehutanan No. 29/1996. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Poedjirahajoe, E. 1996b. Peran Perakaran Rhizophora mucronata dalam Perbaikan Habitat Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Pemalang. Buletin Penelitian Kehutanan No. 30/1996. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soerianegara, I  dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,  Bogor.

Next >>>

 
Definisi Hutan Pengertian Hutan Manfaat Hutan Kerusakan Hutan Hutan Indonesia Fungsi Hutan